Biduk-Biduk, The Lost Paradise



Ahhhhh, matahari, angin sejuk pagi hari yang datang menuju daratan, pasir putih bak kulit bidadari, ombak yang kalem, sampai sampai tak bisa dijelaskan dengan kata kata. Surga dibagian tengah Indonesia ini memang menjanjikan penyejuk jiwa dan raga bagi siapa pun yang memandangnya. Tetapi sebelum mendapatkan surga ini, dilakukan perjalanan yang memang tidak mudah di jangkau. Tulisan ini berisi pengalaman pribadi tentang indahnya Surga tersetmbunyi di Biduk-Biduk, Kalimantan Timur.

Pagi hari, seperti biasa, kupunya rencana untuk bersih beraih rumah sebagai tugas wajib jika sedang berlibur di rumah. Disaat sudah mau mulai beraktivitas, aku lihat Bapak ku sibuk melipat baju dan berkemas di ransel kecilnya. Isenglah aku bertanya,

 "Mau kemana pak?"
 "Kalau mau ikut, cepat kemasi barangmu, kita 30 menit lagi berangkat ke Biduk" kata beliau.

Ah, tanpa basa basi, didalam hatinku tergiang sendiri berbicara didalam hati, "Kapan lagi nih kesempatan datang lagi" mengingat aku sudah lama tidak menghirup aroma udara air asin sekitar hampir 2 semester. Langsung lah kusiap kan barang dan persiapan yang diperlukan untuk berpergian. Setelah semua sudah siap, mulailah kaki berpamitan dengan orang rumah lalu kemudian berangkat.

Perjalanan pun dimulai pukul 10:00 pagi. Total estimasi perjalanan yang ditempuh sekitar 6-7 jam dari kota Tanjung Redeb. Dalam perjalanan ku akui, ku muntah 2 kali sebab aroma mobil yang tidak asik sekali jika dihirup hmm.. selama perjalanan disuguhkan pemandangan ala ala perbukitan amerika selatan. Bukit bukit hamparan hutan dan kelapa sawit menjadi view yang tak bisa bosan dipandang.

Tak terasa, dari pemandangan bukit dan sawit, berubah total menjadi pohon kelapa yang menunjang tinggiiiii, "Ahhh sudah tiba juga akhirnya", bergumam dalam diri. Dan yang ditunggu tunggu datang juga, kami tiba pukul 16:45 lebih, disuguhkan pohon kelapa yang berjejer rapi dan hamparan pasir putih yang tak habis dipandang mata. Kubuka kaca mobil dan kutarik napas dalam dalam dan kubilang lagi, Ahhhhhhhhhhh! Wkkwk. Aroma ini kembali ku hirupnsetelah sekian lama. Tanpa basa basi, langsunglah kami mampir di penginapan terdekat. Penginapan kami langsung berhadapan dengan laut dan pulau sulawesi. (Bisa dibayangin gak nih mantep viewnya gimana??). Menikmati sunset dan kopi susu menjadi penutup hari setelah lelah letih lesu seharian di dalam perjalanan menuju tempat ini. Dan rasa capek terbayarkan dibpagi harinya.

Pagi hari setelah sholat subuh, kulihat jam lalu tanpa alas kaki berlari menuju pantai untuk melihat sunrise, "Ahhhhh" terus ku berteriak melampiaskan kekesalan ku selama berkuliah di surabaya kemarin, melupakan semua sambil menunggu sunrise tiba. Kutunggu sambil bermain air laut di tepi pantai yang akhirnya yang ditunggu tiba. Bulat, terang, merah, hangat, bercampur aroma laut, dengan cahaya fatamorgana berwarna merah keunguan, dengan suara desir ombak yang tenang . Pelan tapi pasti, sang mentari lambat laun naik meninggi, ku terkagum sedih senang sangking bahagianya melihat sunrise se perfect itu. Kunikmati sampai sampai tak terasa 30 menit matahari meninggi, panasnya mulai memasuki bumi, selesailah pertunjukan sang mentari untuk memulai hari. Bahkan sampai sekarang masih kuingat hangat nya saat itu. Cerita ini hanya pembukaan semata, setelah itu, destinasi destinasi selanjutnya mungkin tak pernah terpikirkan oleh teman teman pembaca ini. Mungkin sampai disini, esok kita jumpa lagi. See ya.

Komentar

  1. seru mas Hamid, semoga lebih banyak lagi destinasi wisata diceritakan di blog ini ya :)

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer